QUOTES

Mempunyai ambisi untuk mengalahkan orang lain terkadang secara tidak sadar muncul. Tetapi butuh kesadaran jika ingin menumbuhkan ambisi untuk mengalahkan diri sendiri.

Rabu, 17 Maret 2010

WONG EDAN

Bulan di tngah lajur,
membujur sejajar horizon,
sdangkan baru setengah cahayanya,sisanya tak dapat sinar dr empunya siang,

dewi malam melenggang,
anggun,tampak dalam jejaknya butir butir yg kelap kelip,bintang,
sama indahnya,dgn hadirnya rindu.

Rindu jadi indah,indah jadi gundah,gundah buat jadi gila,
ini bukan sajak cinta,bukan kok,tapi munafiklah aku,jadi gila karnamu.

kelap kelip,
kelap kelip,
kelap kelip,
krik krik,
krik krik,
krik krik,
srak srek,
srak srek,
srak srek,
musik alam kala malam,
malam bgitu ramai,
dlm prjalanannya,
jgn smpai trnoda cahaya lmpu kota,
ketika aku jadi gila,
semua kembali jadi indah,
kadang jadi menyiksa,
seperti org sakau,
sakit lah yaw,
blm smbuh jika candu itu,
blm mengalir dlm darah kotor.

Aku masih gila,
lalu tak sdar ak berdiri,
bersolek depan kaca usang,
merapikan rambut,
membaluri badan dengan zat kimia aromatik,
dan membeli bunga mawar merah seharga jatah makanku 2 hari.
Sbelum jm 6 ak hrs sudah siap,
krn wanita akan tersipu ketika ia melihat lelakinya setia mnunggu.

Wanita it melihat lelakinya,yg sedang kumat edannya,
kemudian krn saking edannya,bertamulah lelakinya itu,tepat pkul 7.

Sang empunya rumah menyambut,
seorang lelaki yg tak lain adalah bapak dr wanita itu,
bapak it memandang sang lelaki,
mrk sama sama pernah gila,
si bapak pun tahu,
lalu bapak it mempersilahkan lelaki gila itu untuk pulang,
dgn alasan anaknya tak ada dirumah.

Lelaki gila itu jadi gila,
gila kuadrat,
ia pun pulang brsma dewi malam yg baru kluar dr penjuru barat,
melenggang ling lung,
bajunya bsah keringat,
baunya tak karuan,
dan jatah makannya slama 2 hari,sia sia.

Gilanya berlanjut.
Tapi tak lama,
kemudian ia sadar,
dan kembali sekolah esok hari,
menuntut ilmu,
lalu saat padi telah merunduk,
ia kembali bertamu di rumah yg sama,
meminang wanita yg setia menunggu lelakinya,
lelaki yg dulu edan,namun sekarang edan makmurnya.

WONG EDAN
by: Andrianus P. Setiyanto

0 comments:

Posting Komentar