QUOTES

Mempunyai ambisi untuk mengalahkan orang lain terkadang secara tidak sadar muncul. Tetapi butuh kesadaran jika ingin menumbuhkan ambisi untuk mengalahkan diri sendiri.

Kamis, 18 Maret 2010

18 Maret 2010

Alusia Ivana Valmai,
dia orang ketiga yang ku sayang setelah Tuhan Yesus dan kedua orang tuaku, jatuh. Siang itu aku kalut tapi tak ada kabar sekalipun. Mujurnya, ayahnya kebetulan saja pulang dari minimarketnya tepat saat kejadian. Pertolongan datang dari tetangga di situ dan lucy langsung dilarikan ke RS. Panti Rapih karena ditakutkan tangannya patah.

Benar saja, lucy mendapatkan patah tulang dan pergeseran engsel sikunya. Perawatan di IGD saya rasa sudah cukup baik. Setelah dikasih kabar aku langsung meluncur dan mendapatinya terbaring menangis karena ia harus dioperasi.

IGD BED 7

Tata yang pertama ku kasih kabar. Segera ia datang menjenguk. Semakin deraslah air mata yang lucy tumpahkan dan aku hanya bisa mengusap dan berusaha tetap tersenyum menyembunyikan sedihku.

Kemudian ada beberapa temannya lagi datang dan makin tumpahlah air matanya. Kabar kejadian ini cepat tersebar.

Namun sore itu masih hanya beberapa kawan sekelasnya yang datang. Karena memang hujan mengguyur kota yogya, namun situasi mengharukan ketika wali kelas 12 IPA menghubungi semerbak menyeruap seiring doa yang terucap dari wali kelas yang biasa mereka panggil babe.
Begitulah suasana IGD Bed 7 sore itu.

Bagaimana dengan Esok?

Suasana kembali hening, dalam IGD bed 7. Kini tinggal aku menemani dia yang terbaring lemah. Sedangkan orang tuanya masih kalang kabut mengurus administrasi. Tak ku hiraukan, aku terus membelai rambutnya dan terus berusaha menghibur. Melihat matanya saat itu menyayat hatiku. Ia bertanya padaku bagaimana ia akan menghadapi UNAS besok?
Ku usap keningnya, mencoba menenangkannya.

"Sayang, dalam moment menjelang UNAS seperti ini, Tuhan Yesus memilih mereka yang terpilih untuk diberi lebih. Dan kamu salah satunya, entah setelah ini kamu akan menjadi lebih dewasa, menjadi lebih kuat, atau entahlah tapi itu adalah bonus. Kamu sedang dapatkan bonusmu sayang."

Elizabeth 2, 215D

Setelah kurang lebih 5 jam bertahan di IGD, lucy akhirnya dapat ditampung di bangsal. 5 jam itu untuk penuh dan sulitnya mencari ruangan untuknya. Dalam perjalanan menuju kamarnya, aku mengikuti dari belakang bersama orang tuanya. Raut muka mereka kusut khawatir anak semata wayangnya mengalami musibah seperti ini. Setiap tangis lucy, seperti pisau stainless stell menyayat hatinya. Aku di situ juga larut dalam sedihnya, namun enggan aku terlihat tersiksa, aku tak mau jadi beban.
Hampir pukul tujuh malam lucy baru bisa mulai menikmati bangsalnya di gedung elisabeth lantai dua ruang 215. Walau sakit yang ia rasakan tak tertahan, senang rasanya ia masih bisa tersenyum, cantik sekali.

Doa untuk Kekuatan

Tak lama setelah lucy masuk ke bangsal, orang tuanya akan langsung mempersiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan. Akhirnya aku yang menjaga lucy sembari orang tuanya pulang mempesiapkan segala sesuatunya. Terbaringlah kembali tubuh lemah itu, kembali juga kubelai rambutnya. Kukecup keningnya untuk menguatkan dirinya. Suaranya pelan meminta doa dariku.
Kemudian setelah hening sejenak, kami berdua mulai membuat tanda salib dan aku berdoa dengan suara lirih,
"Bapa yang Maha kasih, kami berdua pada malam ini menghadap Engkau untuk bersyukur, setelah kurang lebih 17 tahun Engkau memberikan berkah yang melimpah,kini Kau beri ujian pada Alusia Ivana Valmai dengan adanya musibah ini.
Kami berharap ujian yang Kau berikan pada kami ini dapat membuat kami dapat lebih mensyukuri berkatmu setiap hari. Kuatkan kami dan orang-orang yang dekat dengan lucy terutama kedua orang tua lucy, supaya dapat melalui masa yang berat ini. Kami juga berharap Engkau selalu menyertai kami, dan operasi yang akan lucy jalani esok dapat berjalan dengan lancar. Berilah juga kami ketenangan, aku tahu aku di sini tak dapat memberikan ketenangan dalam hati lucy, karena hanya Engkau ya Bapa sumber ketenangan dan kedamaian kekal. Doa yang kurang sempurna ini kami haturkan dalam nama Tuhan Yesus juruselamat kami, Amin."

Air matanya tak dapat terbendung saat itu, aku pun kembali mengusap air mata itu dan mengecup keningnya.

0 comments:

Posting Komentar